Psikologi Kepribadian
Pengertian Kepribadian
Kepribadian
atau “personality” merupakan sifat dan tingkah laku yang membedakannya
dengan orang lain. Kepribadian seseorang dibentuk dan terbentuk oleh
factor internal dan eksternal. G. W All Port (1897), mengemukakan bahwa,
“personality is the dynamic organization within the individual those
psychological system that determine his unique adjustment to his
environment” . (Kepribadian adalah organisasi dinamis yang ada pada seseorang di dalam suatu system psikopisik yang menentukan keunikan atau corak yang khas dalam caranya menyesuaikan diri dengan lingkungannya).
· Organisasi
dinamis maksudnya kepribadian itu selalu aktif bergerak/berubah sebagai
suatu organisasi jiwa dan organisasi fisik dalam diri individu.
· System psikopisik maksudnya adalah bahwa perubahan tersebut adalah system jiwa.
· Corak yang khas maksudnya bahwa kepribadian menentukan keunikan penyesuaian diri individu terhadap lingkungan.
Kepribadian
adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam
dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap
segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan
kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang.
Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama
individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah
pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap
kepribadiannya (Depkes, 1992).
PENDEKATAN AWAL DALAM MEMAHAMI KEPRIBADIAN
1. Pendekatan Pra-Ilmiah
Usaha-usaha
untuk menyusun teori maupun konsep yang utuh dalam rangka menjelaskan
perilaku manusia sudah sejak lama dilakukan orang. Usaha ini secara
terus menerus dilakukan dan diperbaiki secara bertahap karena disadari
pentingnya teori dan konsep yang utuh tentang perilaku manusia untuk
kepentingan kehidupan manusia itu sendiri.
Hasil
dari usaha-usaha penyusunan teori maupun konsep ini ada yang nilai
ilmiahnya masih jauh dari memadai dan karenanya dapat disebut dengan
usaha-usaha yang masih bersifat pra-ilmiah, usaha-usaha
yang bersifat pra-ilmiah merupakan usaha-usaha dalam memahami tingkah
laku manusia yang belum dilandasi oleh upaya-upaya pembuktian yang dapat
dipercaya. Pemahaman tingkah laku melalui cara-cara ini hanya
berdasarkan keyakinan dan kepercayaan yang muncul dari pengalaman yang
dialami.
a. Chirologi atau ilmu gurat-gurat tangan (Jawa:rajah)
Dasar
pikiran daripada pengetahuan ini ialah kenyataan bahwa gurat-gurat
tangan orang itu tidak ada yang sama satu sama lain, macamnya adalah
sebanyak orangnya. Jika sekiranya orang dapat mengenal
perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat khusus gurat-gurat tangan
tersebut, maka dia akan mengenal perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat
khas orangnya. Akan tetapi usaha yang biasa dilakukan orang tidaklah
sejauh itu; orang hanya memperhatikan beberapa gurat (garis) saja.
b. Astrologi atau ilmu perbintangan
Dasar
pikiran daripada pengetahuan ini ialah adanya pengaruh kosmis terhadap
manusia. Pada waktu seseorang dilahirkan, dia ada dalam posisi tertentu
terhadap benda-benda angkasa; jika sekiranya kita dapat mengenal
perbedaan-perbedaan mengenai soal ini dia juga akan dapat mengenal
perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat khas orangnya; tapi biasanya usaha
yang dilakukan orang tidak sejauh itu, dan orang-orang yang lebih
kemudian secara tradisional meniru saja yang dikatakan oleh orang
sebelumnya, padahal reliabilitas dan vaiditas prinsip-prinsip yang telah
ada belum diuji.
c. Grafologi atau ilmu tentang tulisan tangan
Dasar
pikiran grafologi itu ialah demikian segala gerakan yang dilakukan oleh
manusia itu merupakan ekspresi daripada kehidupan jiwanya; jadi juga
gerakan menulis-dan selanjutnya tulisan sebagai hasil gerakan menulis
itu-merupakan bentuk ekspresi kehidupan jiwa. Kalau sekiranya orang
dapat mengetahui keadaan khusus tulisan seseorang dengan baik, berarti
ia juga dapat mengenal keadaan khusus kepribadian si penulisnya.
d. Physiognomi atau ilmu tentang wajah
Pengetahuan
ini berusaha memahami kepribadian atas dasar keadaan wajahnya. Dasar
pikiran untuk mengusahakan pengetahuan ini ialah keyakinan bahwa ada
hubungan antara keadaan wajah dan kepribadian. Hal-hal yang tampak pada
wajah dapat dipergunakan untuk membuat interpretasi mengenai apa yang
terkandung dalam jiwa.
Physiognomische
fragmente zur beforderung der menchenkenntniss und menschenliebe. Dalam
buku tersebut dia menerangkan antara lain:
· Keadaan dahi dan kening adalah petunjuk untuk mengerti kecerdasan seseorang
· Hidung dan pipi adalah bagian yang dapat memberikan tanda mengenai halus atau kasarnya perasaan seseorang
· Mulut dan dagu dapat memberikan petunjuk tentang nafsu makan, nafsu minum, dan sebagainya
· Mata adalah bagian yang mencerminkan seluruh kehidupan jiwa, dan sebagainya.
e. Phrenologi atau ilmu tentang tengkorak
Pengetahuan
ini bermaksud memahami kepribadian atas dasar keadaan tengkoraknya.
Dasar pikiran ajaran mereka itu ialah bahwa tiap-tiap fungsi atau
kecakapan itu masing-masing mempunyai pusatnya di otak. Jikalau salah
satu dari kecakapan itu keadaannya luar biasa, maka pusatnya di otak
itupun luar biasa besarnya. Akibat hal ini ialah bentuk tengkorak lalu
terubah oleh pusat yang membesar tersebut, sehingga ada
tonjolan-tonjolannya. Dengan mengukur secara teliti tonjolan-tonjolan
tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang kecakapan-kecakapan atau
sifat-sifat orangnya.
f. Onychologi atau ilmu tentang kuku
Onychologi
berusaha memahami kepribadian seseorang atas dasar kuku-kukunya. Kuku
di ujung jari itu mempunyai hubungan yang erat dengan susunan syaraf,
dengan cabang-cabangnya yang terhalus berujung di pucuk-pucuk jari.
Warna serta bentuk kuku dapat dipakai sebagai landasan untuk mengenal
kepribadian orangnya.
TIPOLOGI
Tipologi
adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan manusia menjadi
tipe-tipe tertentu atas dasar factor-faktor tertentu, misalnya
karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan nilai-nilai budaya, dan
lain-lain.
Macam-macam tipologi:
1. Tipologi Konstitusi Fisik
a. Tipologi Hippocrates-Galenus
Ajaran
tentang cairan badaniah ini, kemudian menjadi sangat terkenal dan
sangat besar pengaruhnya terhadap ahli-ahli yang lebih kemudian
dirumuskan oleh Hippocrates dan selanjutnya disempurnakan oleh Galenus
· Pendapat Hippocrates
Hippocrates
membahas kepribadian manusia dari titik tolak konstitusional.
Terpengaruh oleh kosmologi Empedokles, yang menganggap alam semesta dan
isinya ini tersusun dari 4 unsur dasar, yaitu: tanah, air, udara dan
api. Dengan sifat-sifat yang didukungnya itu kering, basah, dingin, dan
panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat 4
macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang
berupa cairan-cairan yang adal dalam tubuh orang itu, yaitu:
Ø Sifat kering terdapat dalam Chole (empedu kuning)
Ø Sifat basah terdapat dalam Melanchole (empedu hitam)
Ø Sifat dingin terdapat dalam Phlegma (lender)
Ø Sifat panas terdapat dalam Sanguis (darah)
Keempat
cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu, apabila
cairan-cairan tersebut dalam tubuh selaras (normal), orangnya normal
(sehat), apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu, maka orangnya
menyimpang dari keadaan normal (sakit)
· Pendapat Galenus
Galenus
menyempurnakan ajaran Hippocrates dan membeda-medakan kepribadian
manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut.
Galenus sependapat dengan Hippocrates bahwa dalam manusia terdapat 4
macam cairan, yaitu:
Ø Chole (Koleris)
Ciri-cirinya
adalah; cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas, mempunyai
disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan setia
dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Kelemahan tipe
ini adalah kurang mampu merasakan perasaan orang lain, kurang mampu
merasakan kasihan pada orang yang menderita dan perasaannya kurang
bermain. Kelompok ini perlu ditingkatkan kepekaan sosialnya melalui
pengembangan emosional yang seimbang dengan moral kognitifnya, sehingga
menjadi lebih peka terhadap orang lain.
Ø Melanchole (Melankolis)
Memiliki
ciri antara lain; terobsesi pada karyanya yang paling bagus atau paling
sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya sangat kuat
dan sangat sensitive. Kelemahannya; sangat mudah dikuasai oleh perasaan
dan cenderung yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang
murung, oleh karena itu orang yang bertipe ini tidak mudah untuk senang
atau tertawa terbahak-bahak.
Ø Phlegma (Plegmatis)
Memiliki
ciri-ciri antara lain; cenderung tenang, gejala emosinya tidak tampak,
misalnya dalam kondisi sedih atau senang sehingga turun naik emosinya
tidak jelas. Orang dengan tipe ini cenderung dapat menguasai diri dengan
baik dan lebih introspektif memikirkan kedalam dan mampu melihat,
menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi disekitarnya. Mereka
seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan pengeritik yang
berbobot. Tipe ini memiliki kelemahan; ada kecendrungan untuk tidak mau
bersusah payah.
Ø Sanguis (Sanguin)
Orang
yang memiliki tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain; memiliki banyak
kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, dapat membuat
lingkungannya gembira dan senang. Tipe ini memiliki kelemahan antara
lain; cenderung impulsif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya.
Orang bertipe ini mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan ransangan
dari luar diri, kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah
dan cenderung mudah jatuh dalam percobaan karena pengaruh dari luar
mudah memikatnya. Jadi, orang dengan kepribadian sanguine sangat mudah
dipengaruhi oleh lingkungannya dan ransangan luar dan kurang bisa
menguasai diri.
Kalau
satu cairan dalam tubuh itu melebihi proporsi yang seharusnya (jadi
dominan) maka akan mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas.
Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang akibat daripada
dominannya salah satu cairan badaniah oleh Galenius disebutnya
tempramen. Jadi dengan dasar pikiran yang telah dikemukakan itu galenius
kepada penggolongan manusia menjadi 4 tipe tempramen beralas pada
dominasi salah satu cairan badaniahnya.
- Tipologi Viola
Viola,
seorang ahli dari Italia, mengemukakan tipologi yang didasarkan pada
bentuk tubuh sebagaimana telah dilakuakn penelitian oleh De Giovani.
Atas dasar aspek tersebut Viola mengemukakan tiga golongan atau tipe
bentuk tubuh manusia (Sumadi Suryabrata, 2005:18), yaitu :
1. Tipe Microsplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran menegaknya lebih dari pada perbandingan biasa, sehingga yang bersangkutan kelihatan jangkung.
2. Tipe Macrosplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran mendatarnya lebih dari pada perbandingan biasa, sehingga yang bersangkutan kelihatan pendek.
3. Tipe Normosplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran menegak dan mendatarnya selaras, sehingga tubuh kelihatan selaras pula.
- Tipologi Sigaud
Sigaud,
seorang ahli psikologi dari Perancis, menyusun tipologi manusia
berdasarkan 4 macam fungsi tubuh, yaitu : motorik, pernafasan,
penecernaan, dan susunan saraf sentral. Dominasi salah satu fungsi
tubuhtersebut menentukan tipe kepribadian. Atas dasar pandangan di
ataskemudian Sigaud menggolongkan manusia menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Tipe muskuler
Tipe
ini dimiliki oleh orang fungsi motoriknya paling menonjol dibanding
fungsi tubuh yang lain, dengan cirri khas : tubuh kokoh, otot-otot
berkembangan dengan baik, dan organ-oragan tubuh berkembang secara
selaras.
- Tipe respiratoris
Tipe ini ada pada orang yang memiliki fungsi pernafasan yang kuat dengan ciri-ciri : muka lebar serta thorax dan leher besar.
- Tipe digestif
Tipe
digestif terdapat pada orang yang memiliki fungsi pencernaan yang kuat
dengan cirri-ciri : mata kecil, thorax pendek dan besar, rahang serta
pinggang besar.
- Tipe cerebral
Tipe keempat dari tipologi Sigaud ada pada orang yang memiliki susunan saraf sentral yang kuat disbanding fungsi tubuh lainnya dengan cirri-ciri : dahi menonjol ke depan dengan rambut ditengah, mata bersinar, daun telinga lebar, serta kaki dan tangan kecil.
- Tipologi Sheldon
Sheldon
berpendapat bahwa ada tiga komponen jasmaniah yang mempengaruhi bentuk
tubuh manusia, yaitu : endomorphy, mesimorphy, dan ectomorphy.
Istilah-istilah tersebut oleh Sheldon dikembangkan dari istilah yang
berhubungan dengan terbentuknya foetus manusia, lapisan endoderm,
mesoderm, dan ectoderm. Menurut Sheldon dominasi dari dari salah satu
lapisan tersebut akan menyebabkan kekhasan terhadap bentuk tubuh. Dengan
demikian maka ada 3 tipe manusia berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu :
1) Tipe endomorph,
Tipe endomorph merupakan tipe yang disebabkan oleh dominannya komponen endomorphy terhadap dua komponen lainnya, ditandai oleh : alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif memegang peran penting. Bentuk tubuh tipe ini kelihatan lembut, gemuk, berat badan relatif rendah.
2) Tipe mesomorph
Tipe mesomorph terbentuk oleh karena komponen mesomorphy yang lebih dominan dari koponen lainnya, maka bagian-bagian tubuh yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik, yang ditandai dengan otot-otot, pembuluh darah, dan jantung dominan. Bentuk tubuh tipe mesomorph kelihatan kokok dan keras.
3) Tipe ectomorph
Pada tipe ini organ-organ yang berasal dari ectoderm (kulit dan sistem syaraf) yang terutama berkembang. Bntuk tubuh tipe ectomorph terlihat jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, dan otot-otot tidak berkembang.
2. Tipologi Tempramen
Tipologi
temperamen merupakan tipologi yang disusun berdasarkan karakteristik
segi kejiwaan. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh yang
mengembangkan tipologi temperamen adalah bahwa berbagai aspek kejiwaan
seseorang seperti : emosi, daya pikir, kemauan, dst. Menentukan
karakteristik yang bersangkutan. Yang tergolong tipologi jenis ini
antara lain : tipologi Plato, tipologi Immanual Kant, tipologi Bhsen,
Tipologi Heymans, dst.
- Tipologi Plato
Menurut Plato kemampuan jiwa manusia terdiri dari 3 macam, yaitu pikiran, kemauan,dan hasrat. Dominasi salah satu kemampuan inilah yang menyebabkan kekhasan pada diri manusia. Atas dasar hal ini Plato menggolongan manusia ke dalam 3 tipe yaitu sebagai berikut.
1) Tipe manusia yang terutama dikuasai oleh pikirannya, yang
sesuai untuk menjadi pemimpin dalam pemerintahan.
2) Tipe manusia yang terutama dikuasai oleh kemauannya,
sesuai untuk menjadi tentara.
3) Tipe manusia yang dikuasai oleh hasratnya, cocok menjadi
pekerja tangan.
- Tipologi Heymans
Heymans menyatakan bahwa manusia memiliki tipe kepribadian yang bermacam-macam, namun dapat digolongkam menjadi delapan tipe atas dasar kualitas kejiwaannya, yaitu :
(1) emosionalitas, mudah tidaknya perasaan terpengaruh oleh kesan-kesan;
(2) proses pengiring, yaitu kuat lemahnya kesan-kesan ada dalam kesadaran setelah faktor yang menimbulkan kesan-kesan tersebut tidak ada.
(3) aktivitas, adalah banyak sedikitnya peristiwa-peristiwa kejiwaan menjelma menjadi tindakan nyata.
Masing-masing kualitas kejiwaan tersebut secara teoritis dibedakan menjadi dua macam, kuat dan lemah.
3. Tipologi Kebudayaan
Tipologi berdasarkan nilai-nilai kebudayaan dikembangkan oleh Eduard Spranger. Spranger menyatakan bahwa kebudayaan (culture)
merupakan sistem nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah
kumpulan nilai-nilai budaya yang tersusun atau diatur menurut struktur
tertentu. Kebudayaan sebagai sistem nilai oleh Spranger di golongkan
menjadi 6 bidang yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
kelopok, yaitu :
1) Bidang-bidang yang berhubungan dengan manusia sebagai individu, yang didalamnya terdapat 4 nilai budaya :
a) Pengetahuan
b) Ekonomi
c) Kesenian
d) keagamaan
2) Bidang-bidang yang berhubungan dengan manusia sebagai anggota masyarakat, yang didalamnya terdapat 2nilai budaya :
a. Kemasyarakatan
b. Politik
PENDEKATAN TRAITS
Pendekatan
yang didasarkan pada trait juga berusaha mendeskripsikan kepribadian.
Suatu trait adalah karakteristik individu yang sifatnya secara relatif
tetap dan konsisten serta berada dari orang yang satu dengan yang
lainnya. Teoritisi yang melakukan pendekatan ini salah satunya adalah
Gordon W. Allport. Cattell telah melakukan berbagai penelitian untuk
menemukan ciri-ciri dalam kepribadian manusia. Untuk memperoleh semua
trait yang dipelajari Cattell menggunakan tiga sumber daya, yaitu: life record data (L-data); questionnaire data (Q-data), dan objective test data (OTdata)
dan semua data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode
statistik yang amat kompleks seperti analisis faktorial dan multivariat.
Semua data yang terkumpul disebutnya personality sphere yang terdiri dari berbagai Trait. Beberapa trait hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Trait seperti ini disebut source traits, membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Source traits
tadi dalam perilaku sehari-hari tercermin dalam perilaku-perilaku yang
nampaknya sama dengan orang-orang lain, ini yang disebut sebagai surface traits.
Pada tahun 1936,Allport dan Odbert mendaftar 17.953 kata dalam bahasa
Inggris yang digunakan untuk melukiskan perilaku manusia. Setelah
dikurangi oleh kata-kata yang mempunyai arti tumpah tindih, tinggal 171
kata. Setiap kata dalam daftar ini dianggap dapat mewakili suatu trait.
Kemudian Allport berusaha mengelompokkan trait itu ke dalam tiga
kategori besar, yaitu:
(1). Cardinal traits
Ada
traits yang amat dominan sehingga hampir semua perilaku manusia dapat
ditelusuri kembali ke arah traits ini. Traits yang sangat luas
cakupannya tetapi sangat berpengaruh ini disebut cardinal traits dan
biasanya diberi istilah mengikuti nama dari seorang tokoh sejarah,
seperti Christlike; Machiavellian; Nixonian, dan sebagainya.
(2). Central Traits
Kategori kedua adalah central traits, suatu ciri-ciri kepribadian yang cukup menonjol tetapi tidak seluas cardinal traits. Istilah
yang digunakan untuk melukiskan traits ini sarna dengan yang dipakai
dalarn suatu surat rekomendasi yang baik atau yang dipakai seorang rater (orang
yang dijadikan penilai) dalam menilai tingkah laku seseorang. Menurut
Allport,jarang ada orang yang memiliki lebih dari 12 central traits.
(3). Secondary Traits
Kategori terakhir adalah secondary traits, ciri-ciri yang hanya berpengaruh pada situasisituasi
yang amat terbatas, seperti: "senang coklat", "suka mobil", dan sebagainya.
Pada
umumnya pendekatan tipologi trait dikritik karena secara metodologis
diragukan reliabilitas pengambilan istilah-istilah yang dipakai untuk
melukiskan trait. Selain itu pertanyaan filosofis muncul. Apakah
kepribadian kita sarna dengan sejumlah trait yang kita miliki? Ada ahli
yang mengajukan 5 traits, tetapi adajuga yang lebih dari 20.
TEORI PSIKODINAMIKA
Teori
kepribadian yang bersifat psikodinamik berasal dari para ahli yang
sangat dipengaruhi oleh Sigmund Freud (1856-1939), Bapak Psikoanalisis
yang sangat terkenal. Teori psikologi Freud didasarkan atas keyakinannya
bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat
dinamis. Sebagaimana hukum konservasi energi, Freud juga beranggapan
bahwa energi psikis bersifat kekal, tidak bisa dihilangkan, dan bila
dihambat akan mencari saluran lain. Energi psikis inilah yang mendorong
individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis energi psikis itu
berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda, yaitu: Id, Ego, dan Superego.
ld
merupakan bagian yang paling primitif dalam kepribadian. ld merupakan
sumber energi utama yang memungkinkan manusia untuk bertahan hidup. Dari
Id inilah nanti ego dan superego berkembang.ld terdiri dari
dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan untuk makan, minum,
buang air besar, menghindari rasa sakit, dan memperoleh kenikmatan
seksual. Freud juga beranggapan bahwa agresivitas merupakan suatu
dorongan biologis, oleh karena itu ada dalam ld.
Semakin
anak berkembang, proses kepribadian bukan merupakan sarana yang
memuaskanuntuk memenuhi kebutuhan dan mengurangi tegangan. Dorongan
untuk mendapat objek kebutuhan yang sebenamya makin kuat. Oleh karena
itu, individu harus secara realistis berhubungan dengan lingkungan. la
harus dapat membedakan objek imajiner dengan objek yang sebenamya dalam
lingkungan. Kebutuhan ini menghasilkan suatu sumber energi psikis baru
yang disebut ego.
Super
ego adalah gambaran intemalisasi nilai dan moral masyarakat yang
diajarkan orang tua dan orang lain pada anak. Pada dasamya super ego
merupakan hati nurani (concience) seseorang. Superego menilai apakah suatu tindakan itu benar atau salah. Super ego mewakili nilai-nilai ideal. Oleh karena itu superego selalu
berorientasi pada kesempumaan. Cita-cita diri- nyapun diarahkan pada
nilai-nilai ideal itu sehingga setiap orang memiliki suatu gambaran
tentang dirinya yang paling ideal (Ego ideal).
TEORI "SOCIAL-LEARNING"
Teori kepribadian yang mendasarkan pada sosial learning menekankan
besarnya pengaruh dari lingkungan atau keadaan-keadaan situasional
terhadap perilaku. Tokohnya Rotter, Dollard, Miller, danBandura. Para
ahli ini berpandangan bahwa perilaku merupakan Hasi linteraksi yang
terus menerus antara variabel-variabel pribadi dan lingkungan.
Lingkungan membentuk pola-pola berperilaku melalui proses belajar;
sedangkan variabel-variabel pribadi mempengaruhi pola-pola dalam
lingkungan . Individu atau suatu pribadi dan situasi saling
mempengaruhi.
Pola
perilaku individu dibentuk berdasarkan suatu proses kondisioning.
Orang-orang disekitar individu membentuk perilakunya dengan ganjaran dan
hukuman. Bila ini terjadi, maka individu membentuk pola bertingkah laku
melalui suatu pengalaman langsung (mendapat hadiah dan hukuman
langsung). Tetapi perilaku juga bisa terbentuk melalui pengalaman tidak
langsung, yaitu melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain di
sekitarnya atau disebut modelling.
Para teoritisi social learning beranggapan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh:
(a) ciri-ciri khusus dari situasi yang dihadapi;
(b) penafsiran individu terhadap situasi tersebut; dan
(c) penguatan yang pernah dialami pada tingkah lakunya dalam situasi serupa.
Faktor
(b) mempunyaiartipentingdalamteori ini.Penafsiranindividu
sangatdipengaruhi oleh perkembangan kognitif seseorang serta
pengalaman-pengalaman dimasa lalu dalam situasi yang serupa. Kedua hal
ini dimasukkan dalam variabel-variabel pribadi (person variable).
Para
teoritisi sosial learning mempunyai keyakinan mendalam bahwa organism
adalah suatu subjek yang aktif. Oleh karena itu, ia tidak pernah
membiarkan ligkungan mempengaruhi dirinya begitu saja. Ia juga merubah
lingkungan itu sedemikian rupa sehingga pengaruh lingkunganyang ia
terima merupakan pengalaman yang telah dipengaruhi oleh karya-karyanya.
Para teoritisi menyebut lingkungan seperti itu sebagai self-generated environment. Karena teori social learning sangat
menekankan pada determinan lingkungan atau kondisi-kondisi situasional
dari perilaku, maka kritik yang dilontarkan adalah kepribadian sudah
kehilangan pribadi (person)-nya. Bahkan teori ini member kesan
kuat bahwa kepribadian itu mudah berubah karena sangat ditentukan oleh
sikon yang dihadapi individu. Teori ini memang punya dampak kuat dalam
psikoterapi, yaitu dengan berkembangnya teknik-teknik modifikasi
perilaku, tetapi gagal untuk menjelaskanciri-ciri perilaku yang bersifat
menetap.
TEORI BEHAVIORISTIK
Behaviorisme
merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J.B.
Watson. Sama halnya dengan psikoanalisis, behaviorisme juga merupakan
aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar
sejarah yang cukup dalam. Selain Watson ada beberapa orang yang
dipandang sebagai tokoh behaviorsime, diantaranya adalah Ivan Pavlov,
E.L. Thorndika, B.F. Skinner, dll. Namun demikian bila orang berbicara
kepribadian atas dasar orientasi behevioristik maka nama yang senantiasa
disebut adalah Skinner mengingat dia adalah tokoh behaviorisme yang
paling produktif dalam mengemukakan gagasan dan penelitian, paling
berpengaruh, serta paling berani dan tegas dalam menjawab tantangan dan
kritik-kritik atas behaviorisme (Koeswara, 2001 : 69).
Paradigma
yang dipakai untuk membangun teori behavioristik adalah bahwa tingkah
laku manusia itu fungsi stimulus, artinya determinan tingkah laku tidak
berada di dalam diri manusia tetapi bearada di lingkungan (Alwisol, 2005
: 7). Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba
menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku.
Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut
mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.
TEORI HUMANISTIK
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology)
diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun
1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari
alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran
intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik
sebagai “kekuatan ketiga” (a third force). Meskipun tokoh-tokoh
psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka
berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang
berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Manusia, menurut eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world),
dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 2001 : 113).
Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata
sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf
eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk
memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari
keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dinamika Kelompok. http://bknpsikologi.blogspot.com/2011/01/dinamika-kelompok.html. Diakses pada tanggal 4 September 2012, pukul 15:52 WIB : Padang, Sumatera Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Dinamika Kelompok. http://bknpsikologi.blogspot.com/2011/01/dinamika-kelompok.html. Diakses pada tanggal 4 September 2012, pukul 15:52 WIB : Padang, Sumatera Barat.