Dinamika Kelompok
Pengertian Dinamika Kelompok
Jika dilihat dari asal katanya, dinamika
memiliki arti tenaga/kekuatan yang selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap setiap keadaan keadaan.
Sedangkan kelompok merupakan kumpulan orang-orang
yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif
dan mempunyai tujuan bersama.
Dengan demikian dinamika kelompok merupakan sebuah konsep
yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
Dinamika
kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu
kelompok, artinya merupakan pengerahan secara serentak semua factor yang
dapat digerakkan dalam kelompok itu. Dengan demikian, dinamika kelompok
merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok.
Dinamika
kelompok digunakan untuk menyebut suatu ideology atau pandangan yang
berkaitan dengan cara-cara bagaimana kelompok harus diorganisasikan dan
dikelola. Ideology ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang
demokratis, keikutsertaan para anggota dalam mengambil keputusan , dan
pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan kerjasama dalam kelompok
demi kepentingan individu dan masyarakat.
Dinamika kelompok digunakan untuk menyebut sejumlah teknik seperti permainan peranan, diskusi kelompok, observasi dan
pemberian balikan terhadap proses kelompok , dan pengambilan keputusan
kelompok, yang secara luas digunakan dalam kelompok-kelompok latihan
pengembangan keterampilan hubungan antar manusia, dalam
pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat kepanitiaan.
Dinamika
kelompok digunakan untuk menyebut suatu penelitian untuk memperoleh
pengetahuan tentang hakekat kelompok, hokum-hukum perkembangan kelompok,
dan antar hubungan anggota-anggotanya, hubungan dengan kelompok lain
dan dengan lembaga-lembaga yang lebih luas.
Dalam kaitannya dengan kegiatan bimbingan, Shertzer dan stone (dalam tatiek, 1989: 36)
mengemukakan dinamika kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang
berinteraksi dalam kelompok pada waktu kelompok melakukan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuannya.
Prayitno
(1995:22) mengemukakan bahwa kelompok yang baik ialah apabila kelompok
itu diwarnai oleh semangat yang tinggi, kerjasama yang lancar dan mantap
serta adanya saling mempercayai diantara anggota-anggotanya. Kelompok
yang baik seperti itu akan terwujud apabila para anggotanya saling
bersikap sebagai kawan dalam arti yang sebenarnya, mengerti dan menerima
secara positif tujuan bersama, dengan kuat merasa setia kepada
kelompok, serta mau bekerja keras atau bahkan berkorban untuk kelompok.
Berbagai kualitas positif yang ada dalam kelompok itu “bergerak”,
“bergulir” yang menandai dan mendorong kehidupan kelompok. Kekuatan yang
mendorong kehidupan kelompok itu dikenal sebagai dinamika kelompok.
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kelompok sebagaimana digambarkan diatas adalah:
a. Tujuan dan kegiatan kelompok
b. Jumlah anggota
c. Kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok
d. Kedudukan kelompok
e. Kemampuan
kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berhubungan
sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan bantuan moral, dan sebagainya.
B. Peranan dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok dan konseling kelompok
Suasana
kelompok, yaitu antar hubungan dari semua orang yang terlibat dalam
kelompok, dapat merupakan wahana dimana masing-masing anggota kelompok
itu (secara perorangan) dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan,
dan berbagai reaksi dari anggota kelompok lainnya untuk kepentingan
dirinya yang bersangkut paut dengan pengembangan diri anggota kelompok
yang bersangkutan. Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan
dinamika dari kehidupan kelompok (dinamika kelompok) yang akan
membawakan kemanfaatan bagi para anggotanya.
Melalui
dinamika kelompok setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak
sebagai perorangan yang sedang mengembangkan kediriannya dalam
hubungannya dengan orang lain. Pengembangan pribadi kedirian dan
kepentingan orang lain atau kelompok harus dapat saling menghidupi.
Masing-masing perorangan hendaklah mampu mewujudkan kediriannya secara
penuh dengan selalu mengingat kepentingan orang lain. Dalam hal ini,
layanan kelompok dalam bimbingan dan konseling seharusnya menjadi tempat
pengembangan sikap, keterampilan dan keberanian social yang bertenggang
rasa.
Secara
khusus, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah
pribadi para anggota kelompok, yaitu apabila interaksi dalam kelompok
itu difokuskan pada pemecahan masalah pribadi yang dimaksudkan. Dalam
suasana seperti itu, melalui dinamika kelompok yang berkembang,
masing-masing anggota kelompok akan menyumbang baik langsung maupun
tidak langsung dalam pemecahan masalah pribadi tersebut.
C. Jenis-Jenis Kelompok
1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Kelompok
primer diwarnai oleh hubungan pribadi secara akrab dan kerjasama yang
terus menerus diantara para anggotanya. Contoh: kesatuan anak-anak
sepermainan, kesatuan sekelompok remaja, dan sebagainya.
Kelompok
sekunder didasarkan pada kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai
arah kegiatan dan gerak gerik kelompok itu, seperti kelompok politik,
kelompok keagamaan, kelompok para ahli pada suatu bidang. Keberadaan dan
kegiatan kelompok sekunder tidak tergantung pada hubungan pribadi
secara akrab meskipun hubungan antar anggota (baik langsung ataupun
tidak langsung) tetap ada.
2. Kelompok Sosial dan Kelompok Psikologikal
Pada
kelompok social, tujuan yang ingin dicapai biasanya tidak bersifat
pribadi (impersonal), melainkan merupakan tujuan bersama untuk
kepentingan bersama. Contoh: persatuan buruh.
Sedangkan pada kelompok psikologikal pada dasrnya lebih bersifat mempribadi (personal). Para
anggota kelompok psikologikal memasuki kelompok itu biasanya didorong
oleh kepentingan yang menyangkut hubungan antar pribadi. Contoh:
himpunan para korban kebakaran.
3. Kelompok Terorganisasikan dan Kelompok Tidak Terorganisasikan
Kelompok
terorganisasikan memiliki ciri utama adanya pemimpin yang mengatur dan
memberi kemudahan dan mengawasi dijalankannya peranan masing-masing
anggota.
Sedangkan
pada kelompok yang tidak terorganisasikan para anggotanya bertindak
lebih bebas, tidak saling terikat pada anggota lain, dan adanya
fleksibilitas yang besar.
4. Kelompok formal dan kelompok informal
Kelompok
formal terbentuk berdasarkan tujuan dan aturan tertentu yang bersifat
resmi (dan tertulis). Gerak dan kegiatan kelompok diatur dan tidak boleh
menyimpang dari ketentuan yang telah dibuat untuk itu. Aturan ini
biasanya tertulis dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Sedangkan
pada kelompok informal keberadaan dan gerak gerik kelompok didasarkan
pada kemauan, kebebasan dan selera orang-orang yang terlibat didalamnya.
Kelompok Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok
Kelompok
yang dipergunakan sebagai wadah atau wahana bagi layanan bimbingan dan
konseling melalui pendekatan kelompok ialah kelompok-kelompok sekunder,
psikologikal, tidak terorganisasikan dan informal. Selain itu, dalam
pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling melalui pendekatan kelompok,
ada dua jenis kelompok yang dapat dikembangkan, yaitu kelompok bebas
dan kelompok tugas.
· Kelompok bebas
Melakukan
kegiatan kelompok tanpa penugasan tertentu, dan kehidupan kelompok itu
memang tidak disiapkan secara khusus sebelumnya. Perkembangan yang akan
timbul di dalam kelompok itulah nantinya yang akan menjadi isi dan
mewarnai kehidupan kelompok itu lebih lanjut. Kelompok ini memberikan
kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah dan isi
kehidupan kelompok itu.
· Kelompok tugas
Arah
dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu. Kelompok tugas
Pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Kelompok
bebas dapat mengubah dirinya menjadi kelompok tugas, apabila kelompok
itu mengikatkan diri untuk sesuatu tugas yang ingin diselesaikan.
Dinamika kelompok diarahkan untuk penyelesaian tugas itu.
D. Usaha Menggerakkan Dinamika kelompok
Dinamika
kelompok harus hidup, mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, dan
membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok. Dengan demikian,
usaha yang dapat dilakukan oleh anggota kelompok untuk hal ini yaitu:
· Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.
· Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
· Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
· Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
· Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
· Mampu berkomunikasi secara terbuka.
· Berusaha membantu anggota lain.
· Memberi kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan peranannya.
· Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
Usaha yang dapat dilakukan oleh pemimpin kelompok untuk menghidupkan dinamika kelompok, yaitu:
· Mempersiapkan anggota kelompok untuk peranan yang harus dimainkannya.
· Memperhatikan anggota-anggota kelompok dalam menjalani kegiatan kelompok
· Memperhatikan setiap tingkah laku (baik ucapan, tindakan, maupun isyarat) yang ditampilkan oleh setiap anggota kelompok.
· Memperhatikan keikutsertaan anggota-anggota kelompok dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul.
· Sanggup merangsang diawalinya kegiatan-kegiatan kelompok
E. Pembentukan Anggota Kelompok
Keanggotaan
kelompok dapat bersifat tidak sukarela atau sukarela. Keanggotaan dalam
kelompok keluarga tertentu adalah tidak sukarela. Ada beberapa
organisasi (kelompok) yang anggota-anggotanya terhimpun didalam kelompok
itu atas dasar kedudukannya. Dalam kelompok seperti ini semua orang
yang menduduki jabatan atau status yang dimaksud, mau tidak mau menjadi
anggota dari kelompok itu. Sebaliknya, kelompok yang keanggotaannya
bersifat sukarela biasanya lebih bebas dan peranan anggota lebih besar
dalam menentukan gerak dan kegiatan kelompok itu.
Alasan seseorang mau memasuki suatu kelompok secara sukarela:
· Dalam kelompok dapat dicapai tujuan atau kepentingan pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan
· Kelompok itu menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti diskusi, menjelajah alam, darmawisata, olahraga, dan sebagainya.
· Dengan
memasuki kelompok itu kebutuhan-kebutuhan tertentu dapat terpenuhi,
seperti kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, kebutuhan untuk dikenal
oleh orang lain, kebutuhan akan rasa aman, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok (Dasar Dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia
Romlah, tatik. 1989. Teori Dan Praktik Bimbingan Kelompok. Jakarta: Depdikbud