Komoditas ternak Sapi
Sistematika
Sistematika sapi adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Plasentalia
Ordo : Ungulata
Sub Ordo : Arhoclactyla
Rumpun : Selonodonta
Familia : Bavidae
Genus : Bos
Sub Genus :Taurina, Bisantia, Bibavina, Bubolina, Lepsoburina
Spesies : Bos Indicus, Bos Taurus, Bos Sandaicus.
(Sastroamidjojo, 1983).
Asal-usul
Dari
sejarahnya, semua bangsa sapi yang dikenal di dunia berasal dari
Homacodantidae yang dijumpai pada zaman palaeocene. Adapun jenis
primitifnya ditemukan pada zaman pliocene di India, Asia. Perkembangan
dari jenis primitif itulah yang sampai sekarang menghasilkan tiga
kelompok nenek moyang sappi hasil penjinakkan yang kita kenal
(Murtidjo,1990).
Dari
beberapa literatur, tidak diketahui secara pasti kapan awal penjinakan
sapi dilakukan oleh manusia. Namun di pusat perkembangan kebudayaan
seperti di Mesopotamia, India, Bangkok dan Eropa dikenal pada tahun 600
SM. Sedangkan dimesir kuno, konon sudah dikenal pemeliharaan sapi pada
tahun 8000 SM (Murtidjo, 1990).
Bangsa-bangsa
Adapun
sapi yang dihasilkan dari jenis primitif, diklasifikasikan menjadi 3
kelompok besar yang memiliki andil warna genetik sapi, yakni :
Bos Sondaicus atau Bos Banteng.
Sampai sekarang masih ditemukan liar di daerah margasatwa yang
dilindungi di pulau Jawa, seperti Pangandaran dan Ujung Kulon dan
merupakan sumber asli Indonesia (Sastroamidjojo, 1981).
Bos Indicus atau Sapi Zebu. Sampai
sekarang mengalami perkembangan di India, Asia. Yang terkenal di
Indonesia adalah sapi brahman dan sapi ongole. Bos Indicus merupakan
sapi berpunuk, sapi-sapi dari Bos Indicus menurunkan bangsa-bangsa sapi
di daerah tropis (Sastroamidjojo, 1992).
Bos Taurus atau sapi Eropa. Sampai
sekarang mengalami perkembangan di Eropa. Bos Taurus merupakan bangsa
sapi yang menjadi nenek moyang dari sapi potong maupun sapi perah
(Murtidjo, 1990).
Ketiga
kelompok nenek moyang sapi tersebut, baik secara alamiah maupun karena
peran serta manusia melalui hasil perbandingan atau persilangan berhasil
mengalami perkembangan yang menurunkan bangsa-bangsa sapi modern, baik
tipe potong-perah, tipe potong-kerja, tipe perah maupun tipe potong
murni (Bambang,1990).
Bangsa-bangsa Sapi
Menurut Sarwono (2001) komoditas sapi yang ada di Indonesia terdiri atas:
Sapi asli Indonesia
Sapi Bali.
Asal usul sapi bali adalah banteng (Bos Sondaicus) yang telah mengalami
penjinakan atau domestikasi selama bertahun-tahun. Proses domestikasi
yang cukup lama diduga sebagai penyebab sapi bali lebih kecil
dibandingkan dengan banteng. Sapi bali jantan dan betina dilahirkan
dengan warna merah bata dengan garis hitam disepanjang punggungyang
disebut garis belut. Setelah dewasa, warna sapi jantan berubah menjadi
kehitam-hitaman, sedangkan warna sapi betina relatif tetap. Sapi bali
tidak berpunuk. Umumnya, keempat kaki dan bagian pantatnya berwarna
putih (Abidin, 2002).
Sapi Madura.
Merupakan sapi keturunan perkawinan silang antara Bos indicus dan Bos
sondaicus. Karakteristik Sapi Madura adalah punuk yang kecil diwarisi
dari Bos indicus dan warna kulit coklat atau merah bata diwarisi dari
Bos sondaicus, pada kepalanya terdapat tanduk melengkung ke depan dengan
melingkar bulat sabit (Murtidjo, 1992)
Sapi impor
Sapi Ongole.
Merupakan sapi keturunan bos indicus yang berhasil dijinakkan di India.
Sapi Ongole masuk ke Indonesia abad ke-19 dan dikembangkan cukup baik
di pulau Sumba, sehingga lebih dikenal dengan Sapi Sumba Ongole.
Karakteristik Sapi Ongole adalah punuk besar dan kulit longgar dangan
banyak lipatan dibagian bawah leher dan pantat, telinga panjanng serta
menggantung, tempramen tenang dengan mata besar, tanduk pendek dan
hampir tidak terlihat, warna bulu umumnya putih kusam atau agak
kehitam-hitaman dan warna kulit kuning (Murtidjo, 1992).
Sapi Brahman. Merupakan
sapi keturunan bos indicus yang beerhasil dijinakkan di India, Tetapi
mengalami perkembangan pesat di Amerika Serikat. Sapi
ini adalah hasil campuran darah 3 bangsa sapi madura yaitu bangsa
bir,buzerat, dan nellose. Sapi ini bertanduk dan warnanya bervariasi
mulai dari abu-abu muda, totol-totol, sampai hitam, terdapat punuk pada
punggung di belakang kepala, yang merupakan kelanjutan dari otot-otot
pundak, dengan telinga yang berpendulous panjang, serta adanya pendulous
yang longgar sepanjang leher. Sapi Brahman memiliki sifat yang khas
yaitu ketahanannya terhadap kondisi tatalaksana yang sangat minimal,
toleransi terhadap panas, kemampuannya untuk mengasuh anak, daya tahan
terhadap kondisi yang jelek seperti penyakit dan parasit. Berat badan
betina dewasa mencapai 585 kg sedangkan jantan dewasa mencapai 900 kg
atau bahkan lebih (Blakely and Bade, 1992).
Sapi Hereford
memiliki tanduk, dengan arah tumbuh kedalam dan kebawah, sifat-sifat
yang menjadi kelebihan sapi ini adalah ketahanan, kemampuan merumput,
daya adaptasi, efisiensi reproduksi, disposisi dan tempramen yang baik,
tulang-tulang yang kuat serta perdagingan yang tebal. Warna bulunya
termasuk yang paling aneh diantara bangsa-bangsa sapi, yaitu kepala
putih dan badan yang berwarna merah (Blakely and David, 1992).
Sapi Polled Hereford. Memiliki ciri-ciri sama dengan Hereford, namun tidak bertanduk (AAK, 1990).
Sapi Aberden Angus.
Memiliki ciri-ciri warna hitam, warna putih pada bagian pusar, tidak
bertanduk, badan lebar, padat, leher dan kaki pendek (AAK, 1990).
Sapi Red Angus. Memiliki ciri-ciri warna bulu merah gelap, memiliki faktor resesif. Karakteristik sama dengan Aberdeen Angus.
Sapi Galloway.
Memiliki ciri warna bulu hitam, tidak bertanduk, kaki pendek dan
berbentuk persegi, memiliki daya tahan tinggi terhadap udara dingin
(AAK, 1990).
Sapi Charolais. Memiliki ciri warna bulu kuning susu. jantan dan betina bertanduk, kulit longgar, punggung melekung kebawah (AAK, 1990).
Sapi Shorthorn. Berasal dari pantai timur laut Inggris, sekitar sungai Tees antara Durham dan Eork. Termasuk sapi dual purpose yaitu tipe pedaging dan tipe perah. Ada yang mempunyai punuk disebut pulled shorthorn. Berat pedaging jatan dapat mencapai 1000 kg dan betina 750 kg (Pane 1986) .memiliki ciri-ciri warna rambut putih dan merah), dengan otot kasar dan tebal (AAK, 1990).
Sapi persilangan
Sapi Santa Gertrudis.
Merupakan hasil persilangan antara sapi Brahman dan sapi Shorthorn
dengan 3/8 darah Brahman dan 5/8 darah Shorthron. Warna merah tua, tubuh
lebih rata dan padat dari pada Brahman, bertanduk dan bergelambir,
telinga rendah dan tebal. Berat sapi jantan dewasa 800 kg dan betina 780
kg (Sastroamidjojo, 1983).
Sapi Brangus.
Merupakan hasil persilangan antara sapi Brahman dan Aberden Angus,
dengan memiliki 5/8 darah Aberden angus dan 3/8 darah sapi Brahman.
Warna hitam kelam dan ada juga merah, bertanduk, tubuh lebih padat dari
brahman, tahan panas dan gigitan serangga, adaptasi pakan baik, produksi
daging baik (Blakely dan Bade,1985).
Sapi Charbray. merupakan hasil crossing antara Chrolais dengan Brahman. Mengandung 1/8 sampai ¼ darah Brahman (AAK, 1990).
Sapi Braford.
Merupakan hasil crossing antara Brahman dan Hereford (AAK, 1990).
Mempunyai sifat yang mirip dengan hereford, warna merah, muka putih dan
merah tua, pertumbuhan baik, tahan panas, caplak dan penyakit, daya
tahan baik terhadap udara panas dan udara lembab, (Blakely dan Bade,
1985)
Sapi Beefmaster.
Merupakan hasil crossing antara Brahman , Shorthorn, dan Hereford.
Mengandung ¼ darah Hereford dan ½ darah America Brahman (AAK, 1990).
Persilangan antara sapi lokal dengan sapi unggul dilakukan untuk memperbaiki kualitas genetik dan
penampilan fisik dari sapi lokal. Salah satu contoh sapi hasil
persilangan antara sapi lokal dengan sapi unggul adalah sapi Peranakan
Ongole yang merupakan persilangan antara sapi lokal dengan sapi Ongole
murni.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1998. Petunjuk Beternak Kelinci. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
Abidin, Zainal. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Blakely, J and David.H.Bade. 1992. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Murtidjo, B.A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius Yogyakarta.
Sastroamidjojo .S.M. 1983. Ternak Potong dan Ternak Kerja. CV. Yasaguna. Jakarta.
Eki. Maura,
2011.http://ketekdekil.blogspot.com/2011/02/vaksinasi-dan-pencegahan-penyakit-pada.html.
Diakses Pada Tanggal 20/07/2013, Sumedan,
Jawa Barat,
Indonesia.